KEPEMIMPINAN
TRANSFORMASIONAL
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah kepemimpinan dalam pembelajaran
Dosen
Pengampu
NINIK
HIDAYATI, S.Pd.I, M.Pd
Oleh
:
NISA’UL KUMALASARI
PENDIDIKAN
GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
SEKOLAH
TINGGI TARBIYAH MAKHDUM IBRAHIM
STITMA
TUBAN
Jl.
Manunggal No.10-12 Telp/Fax (0356) Tuban Jawa Timur
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Kepemimpinan memiliki
kedudukan yang menentukan dalam organisasi. Pemimpin yang melaksanakan
kepemimpinannya secara efektif dalam menggerakkan orang / personal kearah
tujuan yang dicita-citakan, sebaliknya pemimpin yang keneradaannya hanya
sebagai figur, tidak memiliki pengaruh, kepemimpinannya dapat mengakibatkan
lemahnya kinerja organisasi, yang pada akhirnya dapat menciptaka keterpurukan.
Semakin tinggi
kepemimpinan yang diduduki oleh seorang dalam organisasi , nilai dan bobot
strategi dari keputusan yang diambil semakin besar. Sebaliknya semakin rendah
kedudukan seseorang dalam organisasi keputusan yang diambilpun lebih mengarah
kepada hal-hal yang lebih opersional. Terlepas dari keputusan yang diambil,
apakah pada kategori strategi, taktis, teknis atau operasional, semuanya
tergolong pada “penentuan arah” dari perjalanan yang hendak ditempuh oleh
organisasi.
Kepemimpinan begitu
kuat mempengaruhi kinerja organisasi sehingga rasional apabila keterpurukan
pendidikansalah stunya disebabkan karena kinerja kepemimpinan yang tidak dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan dan juga tidak membuat srategi pendidikan
yang adaptif terhadap perubahan. Menyadari hal tersebut, setiap kepala sekolah
dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara
terarah, berencana, dan berkesinambungan untuk meningkatkn kualitas pendidikan.
Kepala sekolah harus memiliki visi dan misi, serta strategi manajemen
pendidikan secara utuh dan berorentasi kiepada mutu. Oleh sebab itu masa depan
ideal lembaga pendidikan sebenarnya sangat ditentukan oleh eksistensi
pemimpinnya. Pemimpin lembaga pendidikan memiliki otoritas dan bertanggung
jawab penuh sesuai jenjang manejerialnya terhadap efektifitas pengelolaan
sekolah.
Pemimpin memiliki peran
pengambilan keputusan yang sangat kuat dan perlu menjalankannyasecata benar dan
tepat sasaran, dengan peran ini dapat dipastikan perubahan dan perkembangan
masa depan pendidikan menjadi lebih baik. Pada hakekatnya kondisi inilah yang
menjadi harapan masyarakat sebagai user output lembaga pendidikan dan sudah
seharusnya menjadi paradigma berpikir pelaku institusi pendidikan.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian kepemimpinan transformasional ?
2. Bagaimana
model kepemimpinan transformasional ?
3. Bagaiamana
ciri-ciri kepemimpinan transformasioanl ?
4. Apa
pengertian kepemimpinan transaksional ?
C. Tujuan
penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian kepemimpinan transformasional
2. Untuk
mengetahui model kepemimpinan transformasional
3. Untuk
mengetahui ciri-ciri kepemimpinan transformsional
4. Untuk
mengetahui kepemimpinan transaksional
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Perspektif kepemimpinan
transformasional
A. Pengertian
Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan
(leadership) merupakan kegiatan mempengaruhi orang-orang bekerja sama
untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Kepemimpinan dapat terjadi dimana
saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang
lain ke arah tercapainya suatu tujuan tertentu.
Transformasional
(transformasionals), istilah transformasional berasal dari kata to
transform, yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi
bentuk lain yang berbeda, misalkan mentransformasikan visi menjadi realita, atau
motif berprestasi menjadi prestasi riil. Transformasional adalah sebuah proses
dimana pimpinan dan para bawahannya berusaha untuk mencapai tingkat moralitas
dan motivasi yang lebih tinggi.
Kepemimpinan
transformasional adalah gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seorang manajer
bila ia ingin suatu kelompok melebarkan batas dan memiliki kinerja melampaui
status quo atau mencapai serangkaian sasaran organisasi yang sepenuhnya baru.
Kepemimpinan transformasional pada prinsipnya memotivasi bawahan untuk berbuat
lebih baik dari apa yang bisa dilakukan, dengan kata lain dapat meningkatkan
kepercayaan atau keyakinan diri bawahan yang akan berpengaruh terhadap
peningkatan kinerja.[1]
Kepemimpinan
transformasional tidak saja didasarkan pada kebutuhanakan penghargaan diri,
tetapi menumbuhkan kesadaran para pemimpin untuk berbuatyang terbaik sesuai
dengan kajian perkembangan manajemen dan kepemimpinan yang memandang manusia,
kinerja, dan pertumbuhan organisasi adalah sisi yang paling berpengaruh.
Pemimpin transformasional adalah pemimpin yang memiliki wawasan jauh ke depan
dan berupaya memperbaiki dan mengembangkan organisasi bukan untuk saat ini tapi
dimasa datang. Oleh karena itu, pemimpin transformasional adalah pemimpin yang
dapat dikatakan sebagai pemimpin yang visioner.
Pemimpin
transformasional adalah agen perubahan dan bertindak sebagai katalisator, yaitu
memberi peran mengubah sistem ke arah yang lebih baik. Katalisator adalah
sebutan lain untuk pemimpin transformasional karena ia berperan meningkatkan
segala sumber daya manusia yang ada. Berusaha memberikan reaksi yang
menimbulkan semangat dan daya kerja cepat semaksimal mungkin, selalu tampil
sebagai pelopor dan pembawa perubahan.
Pemimpin
dengan kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang memiliki visi
kedepan dan mampu mengidentifikasi perubahan lingkungan serta mampu
mentransformasi perubahan tersebut kedalam organisasi, memelopori perubahan dan
memberikan motivasi dan inspirasi kepada individu-individu karyawan untuk
kreatif dan inovatif, serta membangun team work yang solid, membawa perubahan
dalam etos kerja dan kinerja manajemen, berani dan bertanggung jawab memimpin
dan mengendalikan organisasi.
Berdasarkan
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional mencakup
upaya perubahan terhadap bawahan untuk berbuat lebih positif atau lebih baik
dari apa yang biasa dikerjakan yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja. Memberdayakan
para pngikutnya untuk berkinerja secara efektif dengan membangun komitmen
mereka terhadap nilai-nilai baru, mengembangkan keterampilan dan kepercayaan
mereka, mencipta- kan iklim yang kondusif bagi berkembangnya inovasi dan
kreativitas. Dengan demikian, kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan
yang mampu menciptakan perubahan yang mendasar dan dilandasi oleh nilai-nilai
agama, sistem dan budaya untuk menciptakan inovasi dan kreatifitas pengikutnya
dalam rangka mencapai visi yang telah ditetapkan.
B. Model
Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan dipahami
dalam dua pengertian, yaitu sebagai kekuatan untuk menggerakkan orang dan
mempengaruhi orang. Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi
aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan terhadap para anggota
kelompok.
Pemimpin pada hakikatnya adalah
seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain
didalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk
mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas- tugas yang harus
dilaksanakannya. Setiap pemimpin dipilih karena dianggap memiliki visi dan misi
yang jelas, dan sebaiknya seseorang sulit untuk menjadi pemimpin jika ia
dianggap tidak memiliki visi dan misi yang jelas. Kejelasan visi dan misi mampu
memberi arah bagi kelanjutansuatu organisasi dimasa yang akan datang.
Salah satu model kepemimpinan pendidikan
yang diprediksi mampu mendorong terciptanya efektifitas institusi pendidikan
adalah kepemimpinan transformasional. Jenis kepemimpinan ini menggambarkan
adanya tingkat kemampuan pemimpin untuk mengubah mentalitas dan perilaku
pengikut menjadi lebih baik dengan cara menunjukkan dan mendorong mereka untuk
melakukan sesuatu yang kelihatan mustahil. Konsep kepemimpinan ini menawarkan perspektif
perubahan pada keseluruhan institusi pendidikan, sehingga pengikut menyadari
eksistensinya untuk membangun institusi yang siap menyongsong perubahan bahkan
menciptakan perubahan. Gaya kepemimpinan semacam ini akan mampu membawa
kesadaran pengikut (followers) dengan memunculkan ide-ide produktif,
kebertanggung jawaban, kepedulian educasioanal, cita-cita bersama, dan
nilai-nilai moral (moral values). Aplikasi gaya kepemimpinan
transformasional pada organisasi-organisasi sekolah sangat ideal. Melalui gaya
kepemimpinan seperti itu, segala potensi organisasi sekolah dapat
ditransformasikan menjadi actual dalam kerangka mencapai tujuan lembaga.
Melihat kesejatian gaya kepemimpinan transformasional ini, agaknya ia harus
menjadi basis kepala sekolah dalam
melakukan transformasi tugas kesehariannya.[2]
Bass dan Aviola mengusulkan empat
dimensi dalam kadar kepemimpinan transformasional dengan konsep “41” yang
artinya:
a.
“1” pertama adalah idealiced
influence, yang dijelaskan sebagai perilaku yang menghasilkan rasa hormat (respect)dan
rasa percaya diri (trust) dari orang yang dipimpinnya. Idealiced
influence mengandung makna saling berbagi resiko melalui pertimbangan
kebutuhan para staf diatas kebutuhan pribadi dan perilaku moral secara etis.
b. “1”
kedua adalah inspirational motivasion, tercermin dalam perilaku yang
senantiasa menyediakan tantangan bagi pekerjaan yang dilakukan staf dan
memperhatikan makna pekerjaan bagi staf. Pemimpin menunjukkan atau
mendemonstrasikan komitmen terhadap sasaran organisasi melalui perilaku yang dapat
diobservasi staf. Pemimpin adalah seorang motivator yang bersemangat untuk
terus membangkitkan antusiasme dan optimisme staf.
c.
“1” ketiga adalah intelectual
stimulation,yaitu pemimpin yang mempraktikan inovasi-inovasi. Sikap dan
perilaku kepemimpinannya didasarkan pada ilmu pengetahuan yang berkembang dan
secara intelektual ia mampu menerjemahkannya dalam bentuk kinerja yang
produktif. Sebagai intelektual, pemimpin senantiasa menggali ide-ide baru dan
solusi yang kreatif dari para staf dan tidak lupa selalu mendorong staf
mempelajari dan mempraktikkan pendekatan baru dalam melakukan pekerjaan.
d. “1”
keempat adalah individualized consideration, pemimpin merefleksikan
dirinya sebagai seorang yang penuh perhatian dalam mendengarkan dan menindak
lanjuti keluhan, ide, harapan-harapan, dan segala masukan yang diberikan staf.[3]
Formulasi
teori Bass meliputi tiga komponen: karisma, stimulasi intelektual, dan
perhatian yang diindividualisasi.
Karisma
dapat didefinisikan sebagai proses seorang pemimpin mempengaruhi pengikutnya
dengan emosi-emosi yang kuat sehingga mereka kagum dan segan dengan dirinya. Karisma
adalah bagian terpenting dari kepemimpinan transformasional karena para
pemimpin transformasional mempengaruhi pengikutnya dengan menimbulkan emosi
yang kuat dan identifikasi dengan pemimpin tersebut. Seorang pemimpin yang
memiliki karisma berarti memiliki pengaruh yang bukan didasarkan atas kewenangan,
melainkan atas persepsi para pengikut bahwa pemimpin tersebut dikaruniai bahwa
kemampuan-kemampuan yang luar biasa.
Stimulasi
intelektual ialah proses seorang pemimpin untuk
meningkatkan kesadaran pengikutnya terhadap masalah-masalah dan mempengaruhi pengikutnya
untuk memecahkan masalah-masalah itu dengan perspektif yang baru.
Perhatian
yang diindividualisasi ialah dukungan,
membesarkan hati, dan memberikan pengalaman-pengalaman kepada pengikutnya untuk
lebih berprestasi.[4]
Kepemimpinan transformasional dapat dipandang
secara makro dan mikro. Jika dipandang secara mikro kepemimpinan
transformasional merupakan proses mempengaruhi antar individu, sementara secara
makro merupakan proses memobilisasi kekuatan untuk mengubah sistem social dan mereformasi
kelembagaan.[5]
C. Ciri-Ciri
Kepemimpinan Transformasional
Ciri pemimpin transformasional:
a.
Mampu mendorong
pengikut untuk menyadari pentingnya hasil pekerjaan
b.
Mendorong pengikut
untuk lebih mendahulukan kepentingan tim/organisasi.
c.
Mendorong untuk mencapai
kebutuhan yang lebih tinggi.
d.
Proses untuk membangun
komitmen bersama terhadap sasaran organisasi dan memberikan kepercayaan kepada
pengikut untuk mencapai sasaran.
D. Perilaku
pemimpin transformasional antara lain:
a. Pengaruh
ideal, dalam hal ini pemimpin membangkitkan emosi dan identifikasi yang kuat
terhadap visi organisasi.
b. Stimulasi
intelektual, upaya pemimpin untuk meningkatkan kesadaran terhadap permasalahan
organisasional dengan sudut pandang yang baru.
c. Pertimbangan
individual
E. Kelebihan
dan kekurangan kepemimpinan transformasional
Kelebihannya:
Ø Tidak
membutuhkan biaya yang besar
Ø Komitmen
yang timbul pada karyawan bersifat mengikat emosional
Ø Mampu
memperdayakan karyawan
Ø Meningkatkan
hubungan interpersonal
Kekurangannya:
Ø Membutuhkan
waktu yang lama agar komitmen bawahan tumbuh terhadap pemimpin
Ø Tidak
ada jaminan keberhasilan pada bawahan secara menyeluruh
Ø Sulit
dilakukan pada jumlah bawahan yang banyak
2.
Pengertian Kepemimpinan
Transaksional
Kepemimpinan transaksional adalah
perilaku pemimpin yang memfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal
antara pemimpin dengan anggota yang melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran
tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai klarifikasi sasaran, standar
kerja, penugasan kerja, dan penghargaan. Pemimpin transaksional harus mampu
mengenali apa yang diinginkan anggota dari pekerjaannya dan memastikan apakah
telah mendapatkan apa yang diinginkannya. Sebaliknya apa yang diinginkan
pemimpin adalah kinerja sesuai standar yang telah ditentukan.
Hubungan pemimpin transaksional dengan
anggota tercermin dari tiga hal, yakni:
a. Pemimpin
mengetahui apa yang diinginkan anggota dan menjelaskan apa yang akan mereka
dapatkan apabila untuk kerjanya sesuai dengan harapan.
b. Pemimpin
menukar usaha-usaha yang dilakukan oleh anggota dengan imbalan, dan
c. Pemimpin
responsif terhadap kepentingan-kepentingan pribadi anggota selama kepentingan
tersebut sebanding dengan nilai pekerjaan yang telah dilakukan anggota.(6)
Berdasarkan pengertian mengenai
kepemimpinan transaksional yang telah dikemukakan diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kepemimpinan transaksional merupakan persepsi para anggota
terhadap perilaku pemimpin dalam mengarahkan anggotanya untuk bekerja sesuai
standar yang telah ditetapkan.
Karakteristik kepemimpinan transaksional
terdiri atas: imbalan kontigen dan manajemen melalui eksepsi. Kedua
karakteristik kepemimpinan transaksional, selengkapnya dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Imbalan Kontigen adalah
kontrak pertukaran imbalan untuk upaya yang dilakukan, menjanjikan imbalan bagi
kinerja yang baik, dan menghargai prestasi kerja yang dilakukan anggota.
Manajemen melalui eksepsi
merupakan pengawasan yang dilakukan oleh pemimpin agar kinerja anggota sesuai standar
yang telah ditentukan. Penerapan manajemen melalui eksepsi dapat dilakukan
secara aktif maupun pasif. Pada pelaksanaan manajemen melalui eksepsi secara
aktif, pemimpin mengawasi dan mencari deviasi atau penyimpangan atas berbagai
aturan dan standar, serta mengambil tindakan korektif. Sebaliknya, dalam
pelaksanaan manajemen melalui eksepsi secara pasif, pemimpin melakukan
intervensi hanya bila standar tidak tercapai.
Penelitian
mengenai kepemimpinan transaksional mengemukakan ada dua karakteristik utama
tipe kepemimpinan transaksional, yaitu:
ü Pemimpin
menggunakan serangkaian imbalan untuk memotivasi para anggota, dan
ü Pemimpin
hanya melakukan tindakan koreksi apabila anggota gagal mencapai sasaran
prestasi yang ditetapkan. Kepemimpinan transaksional dengan demikian mengarah
pada upaya mempertahankan keadaan yang telah dicapai.
A. Ciri-Ciri
Kepemimpinan Transaksional
a. Mampu
mendorong pengikut untuk menyadari pentingnya hasil pekerjaan
b. Mendorong
pengikut untuk lebih mendahulukan kepentingan organisasi
c. Mendorng
untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi
Kepemimpinan
transformasional menurut Bernard M. Bass memiliki karakteristik yang membedakan
dengan gaya kepemimpinan yang lainnya diantaranya :
a. Charisma
Memberikan visi dan misi yang masuk
akal, menimbulkan kebanggaan, menimbulkan rasa hormat dan percaya.
b. Inspiration
Mengkomunikasikan harapan yang tinggi,
menggunakan simbol untuk memfokuskan upaya mengekspresikan tujuan penting
dengan cara yang sederhana.
c. Intellectual
stimulation
Meningkatkan intelegensi, rasionalitas,
dan pemecahan masalah secara teliti.
d. Individualized
consideration
Memberikan perhatian pribadi, melakukan
pelatihan dan konsultasi kepada setiap bawahan secara individul.
Perbedaan
Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional
Kepemimpinan
transformasional dan transaksional memiliki perbedaan esensial dalam kontruksi
perilaku kepemimpinan tetapi sifatnya saling melengkapi dan tidak saling
meniadakan. Seberapa besar kombinasinya tergantung dari situasi masing-masing.
Menurut pemikiran
Bass, kepala sekolah transaksioanal bekerja didalam budaya organisasi sekolah
seperti yang ada, sedangkan kepala sekolah transformasional mengubah budaya
organisasi sekolah. Perbedaan esensial antara pemimpin transaksional dan
transformasional berikut ini:
1.
Kepemimpinan
Transformasional
a) Pemimpin
membangkitkan emosi pengikut dan memotivasi mereka bertindak diluar kerangka
dari apa yang digambarkan sebagai hubungan pertukaran.
b) Kepemimpinan
adalah bentuk pro aktif dan harapan-harapan baru pengikut.
c) Pemimpin
dapat dibedakan oleh kapasitas mereka mengilhami dan memberikan pertimbangan
individual (bentuk perhatian, dukungan, dan pengembangan bagi pengikut),
stimulasi intelektual (upaya pemimpin untuk meningkatkan kesadaran terhadap
permasalahan organisasi dengan sudut pandang yang baru) dan pengaruh ideal
(membangkitkan emosi dan identifikasi yang kuat terhadap visi organisasi) untuk
pengikut.
d) Pemimpin
menciptakan kesempatan belajar nbagi pengikut mereka dan merangsang pengikutnya
untuk memecahkan masalah.
e) Pemimpin
memiliki visi yang baik, retoris dan keterampilan manajemen untuk mengembangkan
ikatan emosional yang kuat dengan pengikutnya.
f) Pemimpin
memotivasi pengikutnya bekerja untuk tujuan yang melampaui kepentingan pribadi.
2.
Kepemimpinan
Transaksional
a) Pemimpin
menyadari hubungan antara usaha dan imbalan
b) Kepemimpinan
adalah responsif dan orientasi dasarnya adalah berurusan dengan masalah
sekarang.
c) Pemimpin
mengandalkan bentuk-bentuk standar bujukan, hadiah, hukuman, dan sanksi untuk
mengontrol pengikut.
d) Pemimpin
memotivasi pengikutnya dengan menetapkan tujuan dan menjanjikan imbalan bagi
kinerja yang dikehendaki.
e) Kepemimpinan
tergantung pada kekuatan pemimpin memperkuat bawahan untuk berhasil
tawar-menawar.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Kepemimpinan
transformasional adalah kepemimpinan yang mampu menciptakan perubahan yang
mendasar dan dilandasi oleh nilai-nilai agama, sistem dan budaya untuk
menciptakan inovasi dan kreatifitas pengikutnya dalam rangka mencapai visi yang
telah ditetapkan.
2. Model
kepemimpinan transformasional menurut Bass dan Avolio menyangkut empat dimensi
dengan konsep 4I yaitu idealized, influence inspirational motivation,
intellactual simulation dan individualized consideration.
3. Ciri-ciri
pemimpin transformasional:
a. Mampu
mendorong pengikut untuk menyadari pentingnya hasil pekerjaan
b. Mendorng
pengikut untuk mendahulukan kepentingan tim/organisasi
c. Mendorong
untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi
d. Gaya
kepemimpinan transformasional akan menjadi instrument utama pembangkitan spirit
tenaga kerja pengembang, staf, dan tenaga lainnya, berikut efeknya terhadap
perbaikan kultur organisasi sekolah dan peningkatan mutu kinerja akademik
lembaga.
4. Kepala
sekolah disebut orang yang menerapkan kepemimpinan transformasional jika ia
mampu menjalakan tugas pokok dn fungsi mengubah energi yang ada dalam guru dari
laten menjadi termanifasi, dari potensial menjadi actual, dari minimal menjadi
optimal, dari formalitas menjadi aktualitas. Dilihat dari asep kepentingan
siswa, gaya kerja kepemimpinan kepala sekolah yang bersifat transformasional
akan bermaslahat bagi usaha yang mendorong potensi kognitif anak menjadi
prestasi belajar kognitifnya, memanipulasi potensi keterampilan menjadi sebuah
karya dan lain-lain.
B. SARAN
Bagi kepala sekolah :
seharusnya kepala sekolah menerapkan gaya kepemimpinan transformasional yaitu
kepemimpinan yang mampu memotivasi pengikut untuk lebih dari yang ada sekarang
mewujudkan minat pribadinya secara segera ( transcend their own immediate
self interest ) guna bersama-sama menerjemahkan misi dan visi organisasinya
dan mampu mengubah energi sumber daya, baik manusia, instument, maupun situasi
untuk mencapai tujuan reformasi sekolah.
Daftar
Rujukan
Komariah Aan, cepi, Visionary leadership menuju
sekolah efektif ( Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2005)
Husain Usman, Manajemen, Teori Praktek dan Riset
Pendidikan ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008 )
Aan Komariah, Cepi Triatna, Visionary leadership
menuju sekolah efektif ( Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2005)
[2] Komariah
Aan, cepi, Visionary leadership menuju sekolah efektif (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005) hlm: 79
[3] Komariah
Aan, cepi, Visionary leadership menuju sekolah efektif (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005) hlm: 80
[4] Husain
Usman, Manajemen, Teori Praktek dan Riset Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2008) hlm: 323-324
[5] Aan
Komariah, Cepi Triatna, Visionary leadership menuju sekolah efektif (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005) hlm: 80
