Rabu, 09 November 2016

kepemimpinan TRANSFORMASIONAL






KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kepemimpinan dalam pembelajaran
Dosen Pengampu
NINIK HIDAYATI, S.Pd.I, M.Pd






Oleh :

NISA’UL KUMALASARI


PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
SEKOLAH TINGGI TARBIYAH MAKHDUM IBRAHIM
STITMA TUBAN
Jl. Manunggal No.10-12 Telp/Fax (0356) Tuban Jawa Timur












BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Kepemimpinan memiliki kedudukan yang menentukan dalam organisasi. Pemimpin yang melaksanakan kepemimpinannya secara efektif dalam menggerakkan orang / personal kearah tujuan yang dicita-citakan, sebaliknya pemimpin yang keneradaannya hanya sebagai figur, tidak memiliki pengaruh, kepemimpinannya dapat mengakibatkan lemahnya kinerja organisasi, yang pada akhirnya dapat menciptaka keterpurukan.
Semakin tinggi kepemimpinan yang diduduki oleh seorang dalam organisasi , nilai dan bobot strategi dari keputusan yang diambil semakin besar. Sebaliknya semakin rendah kedudukan seseorang dalam organisasi keputusan yang diambilpun lebih mengarah kepada hal-hal yang lebih opersional. Terlepas dari keputusan yang diambil, apakah pada kategori strategi, taktis, teknis atau operasional, semuanya tergolong pada “penentuan arah” dari perjalanan yang hendak ditempuh oleh organisasi.
Kepemimpinan begitu kuat mempengaruhi kinerja organisasi sehingga rasional apabila keterpurukan pendidikansalah stunya disebabkan karena kinerja kepemimpinan yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan dan juga tidak membuat srategi pendidikan yang adaptif terhadap perubahan. Menyadari hal tersebut, setiap kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah, berencana, dan berkesinambungan untuk meningkatkn kualitas pendidikan. Kepala sekolah harus memiliki visi dan misi, serta strategi manajemen pendidikan secara utuh dan berorentasi kiepada mutu. Oleh sebab itu masa depan ideal lembaga pendidikan sebenarnya sangat ditentukan oleh eksistensi pemimpinnya. Pemimpin lembaga pendidikan memiliki otoritas dan bertanggung jawab penuh sesuai jenjang manejerialnya terhadap efektifitas pengelolaan sekolah.
Pemimpin memiliki peran pengambilan keputusan yang sangat kuat dan perlu menjalankannyasecata benar dan tepat sasaran, dengan peran ini dapat dipastikan perubahan dan perkembangan masa depan pendidikan menjadi lebih baik. Pada hakekatnya kondisi inilah yang menjadi harapan masyarakat sebagai user output lembaga pendidikan dan sudah seharusnya menjadi paradigma berpikir pelaku institusi pendidikan.
B.     Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian kepemimpinan transformasional ?
2.    Bagaimana model kepemimpinan transformasional ?
3.    Bagaiamana ciri-ciri kepemimpinan transformasioanl ?
4.    Apa pengertian kepemimpinan transaksional ?
C.    Tujuan penulisan
1.    Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan transformasional
2.    Untuk mengetahui model kepemimpinan transformasional
3.    Untuk mengetahui ciri-ciri kepemimpinan transformsional
4.    Untuk mengetahui kepemimpinan transaksional
















BAB II
PEMBAHASAN
1.        Perspektif kepemimpinan transformasional
A.      Pengertian Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan (leadership) merupakan kegiatan mempengaruhi orang-orang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Kepemimpinan dapat terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang lain ke arah tercapainya suatu tujuan tertentu.
Transformasional (transformasionals), istilah transformasional berasal dari kata to transform, yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda, misalkan mentransformasikan visi menjadi realita, atau motif berprestasi menjadi prestasi riil. Transformasional adalah sebuah proses dimana pimpinan dan para bawahannya berusaha untuk mencapai tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi.
Kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seorang manajer bila ia ingin suatu kelompok melebarkan batas dan memiliki kinerja melampaui status quo atau mencapai serangkaian sasaran organisasi yang sepenuhnya baru. Kepemimpinan transformasional pada prinsipnya memotivasi bawahan untuk berbuat lebih baik dari apa yang bisa dilakukan, dengan kata lain dapat meningkatkan kepercayaan atau keyakinan diri bawahan yang akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja.[1]
Kepemimpinan transformasional tidak saja didasarkan pada kebutuhanakan penghargaan diri, tetapi menumbuhkan kesadaran para pemimpin untuk berbuatyang terbaik sesuai dengan kajian perkembangan manajemen dan kepemimpinan yang memandang manusia, kinerja, dan pertumbuhan organisasi adalah sisi yang paling berpengaruh. Pemimpin transformasional adalah pemimpin yang memiliki wawasan jauh ke depan dan berupaya memperbaiki dan mengembangkan organisasi bukan untuk saat ini tapi dimasa datang. Oleh karena itu, pemimpin transformasional adalah pemimpin yang dapat dikatakan sebagai pemimpin yang visioner.
Pemimpin transformasional adalah agen perubahan dan bertindak sebagai katalisator, yaitu memberi peran mengubah sistem ke arah yang lebih baik. Katalisator adalah sebutan lain untuk pemimpin transformasional karena ia berperan meningkatkan segala sumber daya manusia yang ada. Berusaha memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja cepat semaksimal mungkin, selalu tampil sebagai pelopor dan pembawa perubahan.
Pemimpin dengan kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang memiliki visi kedepan dan mampu mengidentifikasi perubahan lingkungan serta mampu mentransformasi perubahan tersebut kedalam organisasi, memelopori perubahan dan memberikan motivasi dan inspirasi kepada individu-individu karyawan untuk kreatif dan inovatif, serta membangun team work yang solid, membawa perubahan dalam etos kerja dan kinerja manajemen, berani dan bertanggung jawab memimpin dan mengendalikan organisasi.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional mencakup upaya perubahan terhadap bawahan untuk berbuat lebih positif atau lebih baik dari apa yang biasa dikerjakan yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja. Memberdayakan para pngikutnya untuk berkinerja secara efektif dengan membangun komitmen mereka terhadap nilai-nilai baru, mengembangkan keterampilan dan kepercayaan mereka, mencipta- kan iklim yang kondusif bagi berkembangnya inovasi dan kreativitas. Dengan demikian, kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang mampu menciptakan perubahan yang mendasar dan dilandasi oleh nilai-nilai agama, sistem dan budaya untuk menciptakan inovasi dan kreatifitas pengikutnya dalam rangka mencapai visi yang telah ditetapkan.
B.       Model Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan dipahami dalam dua pengertian, yaitu sebagai kekuatan untuk menggerakkan orang dan mempengaruhi orang. Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan terhadap para anggota kelompok.
Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain didalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas- tugas yang harus dilaksanakannya. Setiap pemimpin dipilih karena dianggap memiliki visi dan misi yang jelas, dan sebaiknya seseorang sulit untuk menjadi pemimpin jika ia dianggap tidak memiliki visi dan misi yang jelas. Kejelasan visi dan misi mampu memberi arah bagi kelanjutansuatu organisasi dimasa yang akan datang.
Salah satu model kepemimpinan pendidikan yang diprediksi mampu mendorong terciptanya efektifitas institusi pendidikan adalah kepemimpinan transformasional. Jenis kepemimpinan ini menggambarkan adanya tingkat kemampuan pemimpin untuk mengubah mentalitas dan perilaku pengikut menjadi lebih baik dengan cara menunjukkan dan mendorong mereka untuk melakukan sesuatu yang kelihatan mustahil. Konsep kepemimpinan ini menawarkan perspektif perubahan pada keseluruhan institusi pendidikan, sehingga pengikut menyadari eksistensinya untuk membangun institusi yang siap menyongsong perubahan bahkan menciptakan perubahan. Gaya kepemimpinan semacam ini akan mampu membawa kesadaran pengikut (followers) dengan memunculkan ide-ide produktif, kebertanggung jawaban, kepedulian educasioanal, cita-cita bersama, dan nilai-nilai moral (moral values). Aplikasi gaya kepemimpinan transformasional pada organisasi-organisasi sekolah sangat ideal. Melalui gaya kepemimpinan seperti itu, segala potensi organisasi sekolah dapat ditransformasikan menjadi actual dalam kerangka mencapai tujuan lembaga. Melihat kesejatian gaya kepemimpinan transformasional ini, agaknya ia harus menjadi basis kepala sekolah  dalam melakukan transformasi tugas kesehariannya.[2]
Bass dan Aviola mengusulkan empat dimensi dalam kadar kepemimpinan transformasional dengan konsep “41” yang artinya:
a.       “1” pertama adalah idealiced influence, yang dijelaskan sebagai perilaku yang menghasilkan rasa hormat (respect)dan rasa percaya diri (trust) dari orang yang dipimpinnya. Idealiced influence mengandung makna saling berbagi resiko melalui pertimbangan kebutuhan para staf diatas kebutuhan pribadi dan perilaku moral secara etis.
b.      “1” kedua adalah inspirational motivasion, tercermin dalam perilaku yang senantiasa menyediakan tantangan bagi pekerjaan yang dilakukan staf dan memperhatikan makna pekerjaan bagi staf. Pemimpin menunjukkan atau mendemonstrasikan komitmen terhadap sasaran organisasi melalui perilaku yang dapat diobservasi staf. Pemimpin adalah seorang motivator yang bersemangat untuk terus membangkitkan antusiasme dan optimisme staf.


c.       “1” ketiga adalah intelectual stimulation,yaitu pemimpin yang mempraktikan inovasi-inovasi. Sikap dan perilaku kepemimpinannya didasarkan pada ilmu pengetahuan yang berkembang dan secara intelektual ia mampu menerjemahkannya dalam bentuk kinerja yang produktif. Sebagai intelektual, pemimpin senantiasa menggali ide-ide baru dan solusi yang kreatif dari para staf dan tidak lupa selalu mendorong staf mempelajari dan mempraktikkan pendekatan baru dalam melakukan pekerjaan.
d.      “1” keempat adalah individualized consideration, pemimpin merefleksikan dirinya sebagai seorang yang penuh perhatian dalam mendengarkan dan menindak lanjuti keluhan, ide, harapan-harapan, dan segala masukan yang diberikan staf.[3]
Formulasi teori Bass meliputi tiga komponen: karisma, stimulasi intelektual, dan perhatian yang diindividualisasi.
Karisma dapat didefinisikan sebagai proses seorang pemimpin mempengaruhi pengikutnya dengan emosi-emosi yang kuat sehingga mereka kagum dan segan dengan dirinya. Karisma adalah bagian terpenting dari kepemimpinan transformasional karena para pemimpin transformasional mempengaruhi pengikutnya dengan menimbulkan emosi yang kuat dan identifikasi dengan pemimpin tersebut. Seorang pemimpin yang memiliki karisma berarti memiliki pengaruh yang bukan didasarkan atas kewenangan, melainkan atas persepsi para pengikut bahwa pemimpin tersebut dikaruniai bahwa kemampuan-kemampuan yang luar biasa.
Stimulasi intelektual ialah proses seorang pemimpin untuk meningkatkan kesadaran pengikutnya terhadap masalah-masalah dan mempengaruhi pengikutnya untuk memecahkan masalah-masalah itu dengan perspektif yang baru.




Perhatian yang diindividualisasi ialah dukungan, membesarkan hati, dan memberikan pengalaman-pengalaman kepada pengikutnya untuk lebih berprestasi.[4]
 Kepemimpinan transformasional dapat dipandang secara makro dan mikro. Jika dipandang secara mikro kepemimpinan transformasional merupakan proses mempengaruhi antar individu, sementara secara makro merupakan proses memobilisasi kekuatan untuk mengubah sistem social dan mereformasi kelembagaan.[5]
C.       Ciri-Ciri Kepemimpinan Transformasional
Ciri pemimpin transformasional:
a.       Mampu mendorong pengikut untuk menyadari pentingnya hasil pekerjaan
b.      Mendorong pengikut untuk lebih mendahulukan kepentingan tim/organisasi.
c.       Mendorong untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi.
d.      Proses untuk membangun komitmen bersama terhadap sasaran organisasi dan memberikan kepercayaan kepada pengikut untuk mencapai sasaran.
D.      Perilaku pemimpin transformasional antara lain:
a.    Pengaruh ideal, dalam hal ini pemimpin membangkitkan emosi dan identifikasi yang kuat terhadap visi organisasi.
b.    Stimulasi intelektual, upaya pemimpin untuk meningkatkan kesadaran terhadap permasalahan organisasional dengan sudut pandang yang baru.
c.    Pertimbangan individual
E.       Kelebihan dan kekurangan kepemimpinan transformasional
Kelebihannya:
Ø  Tidak membutuhkan biaya yang besar
Ø  Komitmen yang timbul pada karyawan bersifat mengikat emosional
Ø  Mampu memperdayakan karyawan
Ø  Meningkatkan hubungan interpersonal
Kekurangannya:
Ø  Membutuhkan waktu yang lama agar komitmen bawahan tumbuh terhadap pemimpin
Ø  Tidak ada jaminan keberhasilan pada bawahan secara menyeluruh
Ø  Sulit dilakukan pada jumlah bawahan yang banyak

2.        Pengertian Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan transaksional adalah perilaku pemimpin yang memfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan anggota yang melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai klarifikasi sasaran, standar kerja, penugasan kerja, dan penghargaan. Pemimpin transaksional harus mampu mengenali apa yang diinginkan anggota dari pekerjaannya dan memastikan apakah telah mendapatkan apa yang diinginkannya. Sebaliknya apa yang diinginkan pemimpin adalah kinerja sesuai standar yang telah ditentukan.
Hubungan pemimpin transaksional dengan anggota tercermin dari tiga hal, yakni:
a.    Pemimpin mengetahui apa yang diinginkan anggota dan menjelaskan apa yang akan mereka dapatkan apabila untuk kerjanya sesuai dengan harapan.
b.    Pemimpin menukar usaha-usaha yang dilakukan oleh anggota dengan imbalan, dan
c.    Pemimpin responsif terhadap kepentingan-kepentingan pribadi anggota selama kepentingan tersebut sebanding dengan nilai pekerjaan yang telah dilakukan anggota.(6)
Berdasarkan pengertian mengenai kepemimpinan transaksional yang telah dikemukakan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan transaksional merupakan persepsi para anggota terhadap perilaku pemimpin dalam mengarahkan anggotanya untuk bekerja sesuai standar yang telah ditetapkan.
Karakteristik kepemimpinan transaksional terdiri atas: imbalan kontigen dan manajemen melalui eksepsi. Kedua karakteristik kepemimpinan transaksional, selengkapnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
Imbalan Kontigen adalah kontrak pertukaran imbalan untuk upaya yang dilakukan, menjanjikan imbalan bagi kinerja yang baik, dan menghargai prestasi kerja yang dilakukan anggota.
Manajemen melalui eksepsi merupakan pengawasan yang dilakukan oleh pemimpin agar kinerja anggota sesuai standar yang telah ditentukan. Penerapan manajemen melalui eksepsi dapat dilakukan secara aktif maupun pasif. Pada pelaksanaan manajemen melalui eksepsi secara aktif, pemimpin mengawasi dan mencari deviasi atau penyimpangan atas berbagai aturan dan standar, serta mengambil tindakan korektif. Sebaliknya, dalam pelaksanaan manajemen melalui eksepsi secara pasif, pemimpin melakukan intervensi hanya bila standar tidak tercapai.
     Penelitian mengenai kepemimpinan transaksional mengemukakan ada dua karakteristik utama tipe kepemimpinan transaksional, yaitu:
ü Pemimpin menggunakan serangkaian imbalan untuk memotivasi para anggota, dan
ü Pemimpin hanya melakukan tindakan koreksi apabila anggota gagal mencapai sasaran prestasi yang ditetapkan. Kepemimpinan transaksional dengan demikian mengarah pada upaya mempertahankan keadaan yang telah dicapai.
A.      Ciri-Ciri Kepemimpinan Transaksional
a.       Mampu mendorong pengikut untuk menyadari pentingnya hasil pekerjaan
b.      Mendorong pengikut untuk lebih mendahulukan kepentingan organisasi
c.       Mendorng untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi
Kepemimpinan transformasional menurut Bernard M. Bass memiliki karakteristik yang membedakan dengan gaya kepemimpinan yang lainnya diantaranya :
a.    Charisma
Memberikan visi dan misi yang masuk akal, menimbulkan kebanggaan, menimbulkan rasa hormat dan percaya.
b.    Inspiration
Mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menggunakan simbol untuk memfokuskan upaya mengekspresikan tujuan penting dengan cara yang sederhana.
c.    Intellectual stimulation
Meningkatkan intelegensi, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara teliti.
d.   Individualized consideration
Memberikan perhatian pribadi, melakukan pelatihan dan konsultasi kepada setiap bawahan secara individul.
Perbedaan Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional
            Kepemimpinan transformasional dan transaksional memiliki perbedaan esensial dalam kontruksi perilaku kepemimpinan tetapi sifatnya saling melengkapi dan tidak saling meniadakan. Seberapa besar kombinasinya tergantung dari situasi masing-masing.
Menurut pemikiran Bass, kepala sekolah transaksioanal bekerja didalam budaya organisasi sekolah seperti yang ada, sedangkan kepala sekolah transformasional mengubah budaya organisasi sekolah. Perbedaan esensial antara pemimpin transaksional dan transformasional berikut ini:
1.      Kepemimpinan Transformasional
a)    Pemimpin membangkitkan emosi pengikut dan memotivasi mereka bertindak diluar kerangka dari apa yang digambarkan sebagai hubungan pertukaran.
b)   Kepemimpinan adalah bentuk pro aktif dan harapan-harapan baru pengikut.
c)    Pemimpin dapat dibedakan oleh kapasitas mereka mengilhami dan memberikan pertimbangan individual (bentuk perhatian, dukungan, dan pengembangan bagi pengikut), stimulasi intelektual (upaya pemimpin untuk meningkatkan kesadaran terhadap permasalahan organisasi dengan sudut pandang yang baru) dan pengaruh ideal (membangkitkan emosi dan identifikasi yang kuat terhadap visi organisasi) untuk pengikut.
d)   Pemimpin menciptakan kesempatan belajar nbagi pengikut mereka dan merangsang pengikutnya untuk memecahkan masalah.
e)    Pemimpin memiliki visi yang baik, retoris dan keterampilan manajemen untuk mengembangkan ikatan emosional yang kuat dengan pengikutnya.
f)    Pemimpin memotivasi pengikutnya bekerja untuk tujuan yang melampaui kepentingan pribadi.
2.      Kepemimpinan Transaksional
a)    Pemimpin menyadari hubungan antara usaha dan imbalan
b)   Kepemimpinan adalah responsif dan orientasi dasarnya adalah berurusan dengan masalah sekarang.
c)    Pemimpin mengandalkan bentuk-bentuk standar bujukan, hadiah, hukuman, dan sanksi untuk mengontrol pengikut.
d)   Pemimpin memotivasi pengikutnya dengan menetapkan tujuan dan menjanjikan imbalan bagi kinerja yang dikehendaki.
e)    Kepemimpinan tergantung pada kekuatan pemimpin memperkuat bawahan untuk berhasil tawar-menawar.




BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.      Kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang mampu menciptakan perubahan yang mendasar dan dilandasi oleh nilai-nilai agama, sistem dan budaya untuk menciptakan inovasi dan kreatifitas pengikutnya dalam rangka mencapai visi yang telah ditetapkan.
2.      Model kepemimpinan transformasional menurut Bass dan Avolio menyangkut empat dimensi dengan konsep 4I yaitu idealized, influence inspirational motivation, intellactual simulation dan individualized consideration.
3.      Ciri-ciri pemimpin transformasional:
a.     Mampu mendorong pengikut untuk menyadari pentingnya hasil pekerjaan
b.    Mendorng pengikut untuk mendahulukan kepentingan tim/organisasi
c.     Mendorong untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi
d.      Gaya kepemimpinan transformasional akan menjadi instrument utama pembangkitan spirit tenaga kerja pengembang, staf, dan tenaga lainnya, berikut efeknya terhadap perbaikan kultur organisasi sekolah dan peningkatan mutu kinerja akademik lembaga.
4.      Kepala sekolah disebut orang yang menerapkan kepemimpinan transformasional jika ia mampu menjalakan tugas pokok dn fungsi mengubah energi yang ada dalam guru dari laten menjadi termanifasi, dari potensial menjadi actual, dari minimal menjadi optimal, dari formalitas menjadi aktualitas. Dilihat dari asep kepentingan siswa, gaya kerja kepemimpinan kepala sekolah yang bersifat transformasional akan bermaslahat bagi usaha yang mendorong potensi kognitif anak menjadi prestasi belajar kognitifnya, memanipulasi potensi keterampilan menjadi sebuah karya dan lain-lain.







B.      SARAN
Bagi kepala sekolah : seharusnya kepala sekolah menerapkan gaya kepemimpinan transformasional yaitu kepemimpinan yang mampu memotivasi pengikut untuk lebih dari yang ada sekarang mewujudkan minat pribadinya secara segera ( transcend their own immediate self interest ) guna bersama-sama menerjemahkan misi dan visi organisasinya dan mampu mengubah energi sumber daya, baik manusia, instument, maupun situasi untuk mencapai tujuan reformasi sekolah.

Daftar Rujukan
suwandari, fifi, 2003, menjadi perusahaan yang survive dengan transformasional leadership ,
Yogyakarta : rineka cipta
Komariah Aan, cepi, Visionary leadership menuju sekolah efektif  ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005)
Http: // kbbi.web.id/kepemimpinnan transformasional diakses tanggal 04 oktober 2016
Husain Usman, Manajemen, Teori Praktek dan Riset Pendidikan ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008 )
Aan Komariah, Cepi Triatna, Visionary leadership menuju sekolah efektif  ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005)



[1] suwandari, fifi, 2003, menjadi perusahaan yang survive dengan transformasional leadership , Yogyakarta : rineka cipta, hlm : 93

[2] Komariah Aan, cepi, Visionary leadership menuju sekolah efektif  (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005) hlm: 79
[3] Komariah Aan, cepi, Visionary leadership menuju sekolah efektif  (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005) hlm: 80
[4] Husain Usman, Manajemen, Teori Praktek dan Riset Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008) hlm: 323-324
[5] Aan Komariah, Cepi Triatna, Visionary leadership menuju sekolah efektif  (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005) hlm: 80

Tidak ada komentar:

Posting Komentar